Peradaban merupakan suatu entitas budaya, yaitu pengelompokan
tertinggi dari orang-orang dengan identitas budaya sehingga membedakannya dari
kelompok lain. Pembedanya adalah dalam hal bahasa, sejarah, agama, adat
istiadat, lembaga-lembaga, kelompok agama dan lain-lain yang semuanya mempunyai
tingkat keragaman budaya yang berbeda-beda. Dari perbedaan inilah akan menuju
pada satu persamaan yaitu menjadi sebuah peradaban.
Sejarah peradaban berpijak pada satu konsep yang amat penting,
yakni Logos yang diartikan oleh
Husserl sebagai akal budi. Segala krisis yang dialami di berbagai
belahan dunia adalah karena kegagalan kita memahami makna akal budi, dan menerapkannya dalam
kehidupan.
Gagal pahamnya masyarakat dalam menerapkan logos (akal budi), dewasa ini terjadi dengan gencarnya arus
globalisasi. Globalisasi
membawa peradaban masyarakat kedalam sebuah situasi dimana batas-batas ruang
dan waktu hampir tidak berfungsi lagi. Masyarakat di era globalisasi menembus
kehidupan tanpa batas waktu, dan tanpa batas-batas geografis. Walau globalisasi
membawa banyak dampak positif, namun globalisasi juga menyebabkan perubahan cara
pandang dan gaya hidup masyarakat yang bersifat negatif. Budaya barat kerap
kali diduplikasi tanpa filterisasi,
sehingga meninggalkan budaya daerah yang kental dengan nilai-nilai akal budi.
Kemajuan
teknologi informasi membuat lalu lintas ilmu pengetahuan, gudang rahasia,
entertainment, pertunjukan, dan musik melalui jaringan internet dapat mengubah
mind set (pola pikir) serta menuntut kegiatan
untuk dilakukan serba instan, pergeseran ini mengakibatkan manusia banyak
menggunakan logika dan kemampuannya tanpa menggunakan akal budi. Disamping itu,
jaringan komunikasi yang serba bebas ini juga disisipi dengan hal-hal buruk,
seperti pornografi, ungkapan kebencian, dan olok-olokan kepada orang lain, yang
kian hari dianggap sebagai hal yang wajar untuk dipertontonkan.
Perkembangan tekhnologi bila tetap diiringi dengan akal budi, maka
akan dapat termanfaatkan dengan baik. Informasi yang cepat beredar di dunia
maya, membantu komunikasi yang baik antar masyarakat, serta penyebaran
Informasi-informasi dan Ilmu pengetahuan untuk mencerdaskan. Namun, Krisis Akal
Budi seperti saat ini membawa akibat buruk dari pesatnya kemajuan tekhnologi,
seperti seringnya muncul informasi-informasi bohong (Hoax), penggunaan Sosial Media sebagai wadah politik kotor dan
penghinaan kepada orang lain, yang menyebabkan fitnah dan dapat memecah belah
kerukunan masyarakat.
Disamping itu, munculnya media massa serta tayangan online
semestinya tetap mengedepankan budaya yang baik untuk ditiru generasi bangsa
dan mengandung pesan moral yang bermanfaat, bukan mempertontonkan kepribadian
yang bertentangan dengan etika dan norma. Sehingga, perbuatan
baik dianggap tidak lagi popular, bahkan dianggap sebagai sesuatu yang kuno.
Padahal, akal budi sangat mempengaruhi karakter seseorang untuk menjadi orang
yang baik. Jika hal ini akan terus di biarkan, maka bukan suatu keniscayaan
akan hancurnya bangsa ini.
Samuel Huntington, dalam bukunya “benturan peradaban” juga menyebutkan bahwa proses modernisasi dan
perubahan sosial dunia yang terjadi, telah membuat masyarakat tercabut dari
identitas lokal dan memperlemah negara sebagai sumber identitas. Dalam hal ini,
agama muncul sebagai sumber identitas dan pegangan, yaitu dalam bentuk gerakan “fundamentalisme”.
Fundamentalisme pada dasarnya menggiring perkembangan ilmu
teknologi ke arah yang lebih humanis dengan cara mendekatkan nilai-nilai agama
dengan unsur-unsur modernitas. Penekanan terhadap nilai-nilai universal yang terkandung
dalam ajaran agama, justru dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik
antar-peradaban, dan menghindari tercampur-baurnya budaya bangsa yang santun
dengan budaya barat yang hedonis dan pragmatis.
Masyarakat Indonesia penganut agama Islam saat ini sadar akan
pentingnya gantungan agama dalam kehidupan. Dapat dibuktikan dengan bertahannya
eksistensi dalam satu semangat budaya yang “Islami” dan memiliki potensi jumlah
penganut yang besar, serta memiliki kemampuan untuk memobilisasi penganutnya
secara massal. Seperti hal-nya yang terjadi akhir-akhir ini persatuan umat
Islam dalam menegakkan Al-Qur’an dan protes akan terjadinya Penodaan terhadap
Al-Qur’an.
Perbuatan
baik adalah ekspresi karunia dan perintah Allah. Maka, pegangan agama penting
sebagai filter dari bahaya budaya
asing yang dapat menghilangkan budaya bangsa sebagai identitas. Semuanya dapat terwujud,
bila seluruh pihak, baik pemerintah, pekerja, pengusaha, masyarakat menggunakan
akal budi dengan baik, berpegang pada agama (ketuhanan yang maha esa) sebagai
salah satu falasafah Negara, agar terhindar dan keluar dari Krisis Akal Budi.
(Dr. K/A).